Sunday 23 August 2015

Asesmen yang Tepat Dukung Peningkatan Kualitas Pendidikan

Asesmen yang Tepat Dukung Peningkatan Kualitas Pendidikan

Thu, 08/20/2015 - 19:44

Jakarta, Kemendikbud --- Asesmen merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan satu negara. Jika dilakukan dengan baik, maka hasil asesmen dapat digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap setiap masalah pendidikan. 
 
Untuk mengulas berbagai asesmen dan praktik baik yang pernah dilakukan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Tanoto Foundation menyelenggarakan seminar yang bertema “Asesmen dalam Reformasi Evaluasi Pendidikan”. Seminar yang berlangsung di Kantor Kemendikbud Jakarta ini dibuka oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Totok Suprayitno.
 
Dalam seminar yang juga mengundang pembicara Mark Wilson, peneliti dari The Berkeley Evaluation and Assessment Research (BEAR) Center, University of California Berkeley, Totok menyampaikan, tantangan pendidikan di Indonesia adalah disparitas antar wilayah. Tidak hanya dari pendidikannya saja, tapi juga infrastruktur. Dalam mengimplementasikan sistem asesmen pendidikan, kata Totok, pemerintah sebagai penentu kebijakan pendidikan nasional mempertimbangkan masukan-masukan yang ada untuk menentukan model asesmen yang akan diimplementasikan selanjutnya.
 
“Tugas Kementerian adalah menularkan inisiatif baik agar kawan-kawan segera melakukan hal yang sama. Memberikan platform agar inisiatif yang tersebar selama ini bisa diwadahi sehingga bisa menjadi inspirasi dan menularkan ke kawan-kawan yang lain,” kata Totok.
 
Pembicara lain dalam seminar tersebut, Yulia Sri Prihartini, pengawas sekolah menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menyampaikan pandangan dan aspirasi guru-guru SMP tentang penilaian kelas dan penyelenggaraan ujian nasional sebagai salah satu bentuk asesmen di daerahnya. Ia mengatakan, dalam menggali informasi tersebut ia melakukan penelitian tentang apa kesulitan para guru, apa pandangan mereka tentang penilaian, hingga pendapat para guru tentang UN yang tidak lagi jadi penentu kelulusan.
 
Penelitian yang dilakukannya dengan menyebar kuesioner kepada para guru ini akhirnya membuahkan hasil. Guru-guru di daerahnya mengemukakan pendapat mereka, bahkan mereka menyatakan UN perlu dijadikan penentu kelulusan tapi dengan pembobotan. Penelitian yang dilakukan oleh Yulia ini menjadi tolok ukur baginya dalam melakukan tugasnya sebagai pengawas. Dengan hasil ini, ia bisa menyimpulkan model asesmen seperti apa yang harusnya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya.
 
Sementara itu, Mark Wilson yang menjadi pembicara utama dalam seminar ini berbagi praktik baik dalam sistem asesmen yang telah sukses diterapkan di negara lain. Ia juga menyampaikan pelajaran yang diambil dari proses tersebut. “Ada empat dasar yang harus dipenuhi dalam system asesmen pendidikan. Pertama yaitu asesmen harus didasarkan pada perspektif pembelajaran siswa. Kedua, apa yang diajarkan dan apa yang dinilai harus jelas dan selaras. Ketiga, peran guru adalah manajer dan pengguna data penilaian, dan yang terakhir adalah penilaian kelas harus mengikuti standar validitas dan reliabilitas,” katanya. (Aline Rogeleonick)
 

No comments:

Post a Comment